Kiranya ada anggapan bahwa
Uvacha tri sandya tidak bermakna, itu sangat keliru adanya. Justru dalam
perkembangan umat hindu dan paham hinduisme, gayatri dikatakan peneguh
identitas agama hindu.
Tri Sandya adalah roda
kehidupan beragama yang menghubungkan refleksi kita dengan Hyang Widhi.
Penghubungan tiga kali dalam sehari dilakukan pada pagi-siang dan petang/malam.
Saat waktu tiga itulah umat hindu menyatakan berserah diri secara total (bayu-sabda-idep)
tingkah laku, ucapan, pikiran kehadapan-Nya. Sandya wakti pagi adalah untuk
mengembalikan rasa ego setelah terombang ambing suasana nikmat tidur dan
memohon bimbingan menerima hadirnya siang. Setelah mendapat keteguhan hati,
sandya kedua ini berisi pernyataan maaf kepada Nya atas segala kekhilafan yang
telah kita perbuat selama perjalanan pagi ke siang. Sedangkan sandya (perhubungan)
yang ketiga adalah rasa ayubagia atas syukur atas segala limpahan serta karunia
Nya yang dianugrahkan kepada kita, dan tetap memohon kewaspadaan memasuki
suasana malam. Demikian seterusnya hari berganti hari kita wujud- bangun puja
tri sandya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi selama hayat dikandung badan.
Gayatri
Struktur
gayatri mantram yang menempati urutan pertama Tri Sandya adalah:
“ OM ” // “ Bhur Bhuwah Swah ” //
“ Tat Sawitur Warenyam , Bhargo Dewasya Dimahi
Dhiyo Yo Nah Prachodayat ”
Artinya :
Oh,
Hyang Widhi yang menguasai tiga dunia ini, yang maha suci dan sumber segala
kehidupan, sumber segala cahaya semoga Hyang Widhi melimpahkan pada budhi
nurani hamba penerangan sinar cahaya Nya yang maha suci.
Gayatri menurut para Rsi adalah shabda Brahman atau
suara Hyang Widhi. Suara Hyang Widhi adalah weda. Dari pandangan ini, maka
gayatri adalah basis yang terdalam dari weda atau sering disebut weda mata (ibu
dari semua weda) gayatri memiliki 3 kerangka:
·
OM disebut Pranawashabda;
·
Bhur Bhuwah Swah disebut Mahawyahritis;
·
Tat Sawitur Warenyam disebut mantra;
“Pranawa “ berasal dari kata “Pranu”
yang artinya bergetar atau menggetarkan
Om atau Ongkara yang dibaca “Aum” merupakan sumber dari segala
ucapan yang bersifat langgerng sebagai kekuatan Hyang Widhi, kekuatan ini
disebut Tri Sakti yaitu brahma fungsi pencipta(utpatti) dengan simbul aksara A.
A selalu menempati
urutan pertama dalam struktur alphabet, misalnya A,b,c,…; dan A,I,u,…,
A,na,ca,ra,ka,… dalam sloka weda disebutkan: “Aksaranam A karo’smi…….’ (aku
adalah huruf A dari semua aksara)”
Huruf A pengucapan mulut
terbuka lebar, berarti lahir segala materi dunia. Kekuatan yang kedua yaitu
wisnu (stiti) dengan simbul U.
Sesungguhnya U merupakan bulatan atau elip (OU) yang senantiasa memelihara
segala yang ada. Dalam urutan vocal kebetulan berada di tengah: a,i,u,e,o.
Ciwa sebagai kekuatan Hyang Widhi dalam fungsinya melebur
(pralaya/pralina) disimbulkan dengan huruf M, menunjukkan mulut tertutup rapat.
Ketiga kekuatan Hyang Widhi yang disimbulkan dengan A U M mempunyai makna dan filsafat
sangat mendalam sehingga seluruh mantra diawali dengan OM. Dalam hubungan
kenapa munculnya kesadaran ber-tri sandya tiada lain adalah mematrikan OM
sebagai penunjuk jalan menuju Hyang Widhi (moksa). Bahkan bagi umat yang merasa
ajal telah tiba pun patut dibisikan aksara suci Om-Om-Om berulang-ulang agar
teringat terus sampai menyatu dengan Hyang Widhi (menunggal kawula lan Gusti).
Hal ini dipertegas oleh sloka weda:
Om ity ekaksaram brahman//
Wyaharan mam anusmaran//
Yah prayati tyajan deham//
Sayati paramam gatim.
Artinya:
Ia yang menggunakan Om, aksara tunggal brahman dan mengingatkan
Aku sewaktu ajal akan meninggalkan jasmani, ia akan pergi menuju tempat
tertinggi.
Mahawyahritis, yaitu kata-kata rahasia yang terdiri:
Bhur-Bhuwah-Swah atau Bumi-Atmosfer-dan Surga. Seperti lingkaran lahir, mati
dan kelahiran kembali terdapat dalam ketiga dunia ini. Dapat juga dikonotasikan
(diarti tambahkan) ke dalam tiga waktu (tri kalam) yaitu waktu lampau,
sekarang, dan yang akan dating atau pagi, siang, dan petang/malam hari.
Tri loka (Bhur Bhuwah Swah) berhubungan erat dengan Tri kalam
sebagai berpijaknya Hyang Widhi, serta disangga oleh Sama-Yajur-Atharwa dengan
berlandaskan Reg Weda. Dengan demikian melagukan Gayatri berarti mengandung
makna mendekatkan diri kepada Hyang Widhi untuk maksud membebaskan diri dari
ligkaran lahir, mati, dan lahir kembali.
Gayatri terdiri dari 24 suku kata dan terbagi menjadi 3 bait
yang masing-masing bait ada 8 suku kata:
Tat-Sa-Wi-Tur-Wa-Ren-Ni-Yam//.
Bhar-Go-De-Was-Ya-Di-Ma-Hi//.
Dhi-Yo-Yo-Nah-Pra-Cho-Da-Yat//.
Dan analisis etimologi timbul pertanyaan, apakah betul mantra
memberi perlindungan kepada waladika (pembaca weda).
Jawabannya harus dibarengi dengan ketulusan ber-tri sandya, dan
tidak sekadar Tarik suara keras-keras lewat corong pengeras suara. Yang penting
dari ucapan weda ialah:
-
Chanda dalam syair
-
Hymne atau ketukan yang diterapkan dalam sruti, karena
mantra Gayatri mempunyai arti:
Tat = itu
Sawitur = yang megnhidupkan, sinar suci
yang bersifat ketuhanan.
Warenyam = yang terutama, memuja
Bhargo = jernih,sinar/cahaya
Dewasya = yang Maha Kuasa,sinar Tuhan yang
anggun
Dhimahi = pusatkan cipta, merenungkan,
memikirkan, mengingat.
Dhi(yo) = pikiran, orak, budi.
Yoyonah = yang itu.
Prachodayat = keinginan bersujud kepada Tuhan,
semoga diberkati.
Maka
mudah-mudahan (aum awighnamastu) yajna sembahyang kita menjadi brahman-brahmana
wahanan, atau dengan kidung mantra kita akan dilindungi Brahman.
Dengan
demikian upayakanlah pengucapan mantra itu sesuai dengan chanda, maka akan
dapat memberikan kekekalan (moksa), dan menjauhkan kita dari penderitaan. Untuk
memperkuat analisis ini, mari hubungkan dengan sloka Weda: Gayatri Chandasam
aham …. (…… diantara Chanda Aku adalah Gayatri….) Bahkan kata Gayatri,
mengandung makna “ dilindungi bagi siapa yang melagukan ini.”
Untuk
tujuan pembersihan pikiran, Gayatri merupakan doa universal dan bersifat
immanent dan transcendent dicine (dapat dipakai oleh seluruh umat manusia dalam
berbagai kepercayaan tana memandang daerah dan iklim). Dengan kata lain bahwa
mengidungkan Gayatri, kita memohon anugrah untuk membangkitkan, menguatkan, dan
menyadarkan kecerdasan. Sehubungan dengan hal ini patut ditempuh hal-hal:
1. Berpegang
teguh pada kejujuran
2. Tidak
risau terhadap suka duka gelombang kehidupan
3. Mempertahankan
kebenaran yang sejati dan kebenaran yang pasti jaya (menang)
4. Mentaati
terus sembahnyang (sadhana)
5. Senantiasa
merencanakan kebajikan keTuhanan berupa japa sahita dhiana (konsentrasi)
Akhirnya barang siapa
mengidungkan/melagukan/melantunkan Gayatri secara tekun, akan menghasilkan buah
jnana dan merasakan perlindungan sebagaimana janji Hyang Widhi dalam
sloka-sloka Weda.
Demikian sedikit mengenai
falsafah Tri sandya/Gayatri yang merupakan sarinya weda, atau Gayatri mantra
adalah yang paling utama dalam weda.
Terima kasih sudah membaca
artikel yang cukup panjang ini, dan saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
didalam artikel ini, semoga bisa membantu anda dan menambah wawasan anda :D
0 komentar:
Posting Komentar