Sabtu, 08 April 2017

Mepandes atau Potong Gigi


Dalam tradisi agama Hindu khususnya di Bali, ketika seorang anak sudah menginjak usia remaja atau sudah dewasa wajib untuk melaksanakan upacara mepandes/potong gigi/mesangih/metatah, upacara ini bermakna untuk menemukan hakekat manusia sejati yang terlepas dari belenggu kegelapan dari pengaruh sad ripu
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat asubha karma atau perbuatan yang tidak baik dalam diri manusia itu sendiri, yaitu :
  1. Kama, sifat penuh nafsu indriya.
  2. Lobha, sifat loba dan serakah.
  3. Krodha, sifat kejam dan pemarah.
  4. Mada, sifat mabuk dan kegila-gilaan
  5. Moha, sifat bingung dan angkuh.
  6. Matsarya, sifat dengki dan irihati.
Ciri-ciri Fisik Siap Metatah
Upacara mepandes/potong gigi merupakan bagian dari Manusa Yadnya yang hakekatnya jika ciri fisiknya sudah menginjak remaja sudah dapat melaksanakan upacara ini, namun untuk lebih spesifiknya adalah sebagai berikut:
  • Pada wanita dapat dilakukan setelah mendapatkan menstruasi yang pertama.
  • Pada pria dapat dilakukan setelah mengalami perubahan suara.
Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan landasan awal bahwa si anak sudah siap untuk Metatah akan tetapi tidak diharuskan pada saat itu juga, karena harus ditunjang dari kesiapan finansial juga.
Tujuan Upacara Potong Gigi
Ada beberapa tujuan dari Upacara Potong Gigi yang tidak kalah penting untuk diketahui, yaitu sebagai berikut:
  • Menghilangkan kotoran diri dalam wujud kala, bhuta, pisaca dan raksasa dalam arti jiwa dan raga diliputi oleh watak Sad Ripu sehingga dapat menemukan hakekat manusia yang sejati.
  • Untuk dapat bertemu kembali dengan bapak dan ibu yang telah berwujud suci.
  • Untuk menghindari hukuman didalam neraka nanti yang dijatuhkan oleh Bhatara Yamadipati berupa mengigit pangkal bambu petung. Hal ini tertera dalam Lontar Atmaprasangsa.
  • Memenuhi kewajiban orang tua kepada anaknya untuk menjadi manusia yang sejati.
Bagi seseorang yang belum sempat mengikuti upacāra Mapandes, dan maut telah menjemput, berbagai tanggapan muncul, yakni apakah perlu upacāra bagi seseorang yang telah meninggal. Terhadap keadaan ini, Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, melalui keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu memberikan jalan ke luar, sebagai berikut:
  1. Mapandes adalah upacāra Manusa Yajña (Śarīra Saṁsakara) yang patut dilaksanakan pada saat seseorang masih hidup (sangat baik ketika remaja, belum berumah tangga). Mapandes bagi orang yang telah meninggal sesungguhnya tidak perlu dilakukan.
  2. Bila orang tua yang bersangkutan merasa masih punya hutang berupa kewajiban, dapat menempuhnya dengan upacāra simbolis, dengan kikir (panggur) dari bunga teratai, dilengkapi dengan andel-andel serta padi, seakan-akan yang bersangutan bermimpi diupacārakan Mapandes.
  3. Dengan demikian orang tua terbebas dari hutang kewajiban kepada anaknya, sehingga roh anaknya diharapkan dapat bersatu dengan roh leluhur yang telah disucikan.

Susunan Upacara Potong Gigi
Berdasarkan ketentuan dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, bahwa tahapan upacara potong gigi disebutkan sebagai berikut :
  • Magumi padangan, Upacara ini juga di sebut mesakapan kepawon dan dilaksanakan di dapur.
  • Nekeb, Upacara ini dilakukan di meten atau di gedong
  • Mabyakala, Ini dilakukan di halaman rumah di depan meten atau gedong.
  • Ke Merajan, atau tempat suci di dalam rumah. Urut – urutan upacara di merajan yaitu : Mohon penugrahan kepada Bhatara Hyang Guru, Menyembah Ibu dan Bapak, Ngayab caru ayam putih, Mohon tirtha (air suci) kepada Bhatara Hyang Guru, Ngerajah gigi (Menulis gigi dengan wijaksara) dan Di pahat taringnya secara tiga kali.
Menuju ketempat potong gigi, Urut – urutan upacaranya :
  • Sembahyang kepada Bhatara Surya dan kepada Bhatara Sang Hyang Semara Ratih dan mohon tirtha kepada beliau berdua.
  • Ngayab banten pengawak di bale dangin,
  • Metatah atau memotong / mengasah dua buah taring dan empat buah gigi seri pada rahang atas dan Turun dari tempat potong gigi, jalannya ke hilir dengan menginjak banten paningkeb.
Kembali ke meten / gedong tempat ngekeb. Bila ingin berganti pakaian, sekarang bias dilakukan mejaya – jaya di merajan. Urutan upacaranya :
  • Mabyakala
  • Sembahyang kepada : Bhatara Surya, Leluhur dan Bhatara Samudaya.
  • Menuju ke hadapan Sang Muput Upacara, disini dilakukan meeteh – eteh persediaan : prayascita, Pangrabodan, Ngayab pungun – pungun dan pajejiwan, Matirtha penglukatan, pebersihan dan kekuluh, Mejaya – jaya, Ngayab banten otonan, Ngayab banten pawinten-digunakan dan Mapadamel
  • Kembali ke meten/gedong tempat ngekeb.
  • Mapinton ke Pura Kahyangan Tiga, ke Pura Kawitan dan ke Pura lainnya yang menjadi pujaannya.
Hal terpenting yang dapat disimpulkan dan harus diingat yaitu tujuan dari upacara ini bukan untuk menghilangkan sifat negative namun meminimalkan sifat negative itu sendiri, akan tetapi tidak berarti orang yang telah melakukan upacara ini bisa sepenuhnya baik, semuanya kembali ke pribadi orang tersebut apakah memiliki dasar untuk berubah menjadi lebih baik atau tidak.

keyword: Arjuna Digital, Saya Hindu, Hindu Hebat, Hindu Keren

0 komentar:

Posting Komentar